News

OpenAI Tawarkan Fitur Baru Untuk ChatGPT, Bisa Berpikir dan Bertindak

Jakarta – OpenAI (artificial intelligence) mengumumkan fitur baru untuk ChatGPT yang membuat chatbot ini bisa ‘berpikir’ dan ‘bertindak’ menjalankan tindakan atas nama pengguna.

Fitur ini merupakan bagian dari upaya industri untuk mengubah cara orang beraktivitas di internet.

Mode baru ChatGPT ini merupakan tanda lain pengembangan asisten digital yang menunjukkan kemampuan yang jauh lebih canggih. Hal ini juga mempertajam persaingan antara OpenAI dan Google, yang juga mengejar ambisi serupa dengan asisten Gemini-nya.

OpenAI mengumumkan mode agen baru ChatGPT ‘berpikir’ dan ‘bertindak’ menggunakan komputer virtualnya sendiri, yang menangani permintaan kompleks yang berorientasi pada tindakan.

“Misalnya, pengguna akan dapat memberikan perintah seperti ‘melihat kalender saya dan memberi saya pengarahan tentang rapat klien mendatang berdasarkan berita terkini’ atau ‘merencanakan dan membeli bahan-bahan untuk membuat menu sarapan makanan Jepang untuk empat orang’,” demikian pernyataan ChatGPT dalam sebuah postingan blog.

Dalam sebuah demonstrasi video, karyawan OpenAI menulis sebuah prompt yang panjang dan detail yang meminta agen untuk membantu pengguna mempersiapkan pernikahan.

Prompt ini mencakup serangkaian instruksi spesifik seperti ‘cari pakaian yang sesuai dengan dress code’, dan menambahkan prompt tersebut harus menawarkan lima pilihan, beserta hotel yang dapat mengakomodasi beberapa hari jeda di sekitar acara.

Fitur baru ini tersedia bagi pelanggan paket Pro, Plus, atau Tim yang dibangun berdasarkan dan menggabungkan kemampuan dari ChatGPT Operator dan alat Deep Research yang sudah ditawarkan OpenAI, operator menjelajahi web, sementara Deep Research menganalisis sumber daya online untuk melakukan hal-hal seperti menyusun laporan.

Pembaruan ini merupakan langkah lanjutan dalam upaya OpenAI menjadikan ChatGPT sebagai asisten universal yang lebih komprehensif.

Di saat yang sama, industri AI yang lebih luas juga sedang bergulat dengan cara mengatasi kekurangan penting dan masalah privasi seputar teknologi ini.

Model AI masih rentan terhadap halusinasi dan bias, serta dapat bertindak dengan cara yang tidak terduga, seperti yang ditunjukkan oleh chatbot Grok dari xAI minggu lalu ketika ia mengeluarkan konten antisemit setelah diminta melakukannya. (adm)

Sumber: detik.com